Rain tonight

Hujan menderas malam ini,
derunya menepikan risau,
menghalau dogma,melebur amarah,
separuh menghapus keletihan di jiwa.
Aku pulang tertunduk…
mengadukan di pelukan kasihMU,
dialtar indahMU…

Aku pulang setelah letih berjalan.
Pulang ketika tak kunjung kutemukan apa yg hilang,
mungkinkah di rengkuhanMU kutemukan ikhlas
dari porandanya rasa.

HujanMU malam ini mengaburkan rintik,
dari bulir telagaku dikedua sudutnya…
Kuyakin ada pengampunan dari kealpaan,
dan langkah rapuhku Ya Rabb.

HujanMu melembutkan panas garbaku,
kuharap mengaburkan pandanganku,
akan segala yang tak tentu.
Pun mengaburkan pandanganku tentangmu.

Hujan yang turun laksana ribuan jarum menghujam bumi,
pada langit yang menikam,
pada rasa yang menghujam,
pada rindu yang mendendam,
pada hidup yang kugenggam…
PadaMU…pada hujanMU,…
pada sepertiga malamMU,
aku menepikan hati malam ini.


* RaSa *

Ini tentang rasa,
ketika jingga menyapa
dan embun luruh di kedua kelopakku.
Ini tentang rasa,
saat redup langit membayang menyingkap cahaya.
Pada renyah tawamu lalu berganti muram.
Ini tentang rasa,
pun secuil getir dan air mata.
Ini tentang rasa,
tentang kebekuan yang menghangat,
meski waktu tak berpihak.

Jika rasa tak kunjung membuatmu merasa,
kubiarkan rasaku…
luruh melewati waktu.
Hingga tak kau kenali lagi siapa aku.

*


It’s About Feeling,….

Ramadhan kali ini tampak berbeda, aku mulai berdamai dengan semua hal yg sebelumnya menjadi belenggu hariku.
aku bahkan berdamai dengan semua rasa sakit yang saban kali aku rasakan.
Hidup tak hanya kulit luarnya ternyata tapi isi yang terkandung di dalamnya. tentang bagaimana kita memaknainya dengan rasa.

Aku membiarkan semua yg terjadi,mengalah pada sesuatu yang kadang meruntuhkan egoku…agar semua harmoni tetap indah. Menahan satu hati tapi menghadirkan senyum semua orang aku pikir bukan kebodohan tapi kebijaksanaan.
Menerima semua ketetapan,aturan,prasangka dengan tetap tersenyum ternyata lebih mudah dibandingkan dengan kemarahan dan air mata.

Rasa sakit yang lalu pun ternyata menghadirkan kekuatan di saat ini,aku tetap tersenyum dengan kenyataan apapun ketika orang pintar berjas putih itu mengatakan sesuatu yang tidak seindah panorama langit dan semerdu dawai impian.Akh,..bukankah ini juga hanya soal waktu ??

Terkadang aku merasa tidak memiliki apapun,tapi ternyata aku memiliki begitu banyak meski hanya sebuah harapan,mimpi,semangat,dan hati yang merasa.

Ramadhan kali ini aku memiliki rasa itu,kenyamanan merasakan apa yang terasa.
Memahami rasa yang begitu alamiah menyentuh dinding hatiku,menyadari rasa melingkupiku dengan caraku. Rasa itu membawaku pada kerelaan menunggu,menahan diri,dan membiarkan jika rasa itu pergi atau tinggal selamanya dengan tetap merasa bahwa hidup adalah perjalanan. Akan indah jika tlah sampai waktunya,dan berakhir jika tlah tiba masanya.

Sesimple itu kehidupan dari kaca matamu yg mengenalkanku akan rasa,… kali ini aku mengalah pada rasaku,rasa itu. ini bukan tentang siapa dan mengapa tapi,…it’s about feeling !

Nabi CiNta

Nabi aku masih disini,nabi ini tak bermata,
mendorong pintu hatiku dan duduk disudut sana.
meraba dalam dan luasnya hati,
aku tak mampu mengatakan apa-apa.
nabi ini,dari mana ?
Tuhan tak kau sampaikan beritaMu.
aku tak mungkin menolak tamu dariMu,
aku pernah mengenalnya.
saat perpisahan yg menyakitkan,
saat kesabaranku pahit kering tanpa air.
ku rasakan sakit saat dia pergi,
dan aku kenal dia,mungkin…disini…
diantara bayangan dan ragaku.
dia masih tanpa berkata apapun.

Dia tersenyum indah….
tersenyum saat kupejamkan mata,
saat ku lelah,saat hatiku sepi.
Nabimu mengikuti dan mendendangkan lagu jiwa.
menutupi rahasia luka yang pernah bertahta.
berapa banyak bunga yang tumbuh tanpa aroma…saat itu.
Saat dia belum datang,datang dan mencoba meraba isi hatiku.
nabi ini masih saja disini…
dia tak mendengar aku,dia tak melihatku.
Namun dia memberikan gumpalan awan yg menjatuhkan mutiara dihatiku.

Tuhan,….
Siapa nabi ini ?
wahyu yg Kau sampaikan menelanjangiku.
aku tak mampu mengusirnya.
bagaimana….bahkan dia tak melihatku.
bahkan dia tak mendengarku.
dia hanya duduk manis,
dan terkadang…entahlah…
dia hanya duduk manis bertapa disudut jiwa ini.
” Dialah nabiku,nabi cintaku untukmu,Dialah nabiku,nabi kasihku untuk menemanimu,Dialah nabiku,nabi yang takkan bisa kamu hindari…itu kuasaku “


Sekedarnya saja

Kukasihi engkau sekedarnya saja,
bahkan takkan mungkin kupaksakan menggenggammu.
Karena kau laksana pasir,
yang kan berderai,luruh dari sela jemari,
ketika genggamanku merengkuh rapuhmu.

Ya,…
sesederhana itu,cukup bagiku.
Cukup mencintaimu sejauh mataku memandang,
sejauh kakiku melangkah…