Sebuah hati dan episode derai hujan

dibawah payung cintaImage From Google

 

Rintik derai hujan di bulan November,…

Iya, hujan yang senyap sejak matahari lindap menuju peraduannya.

Tanpa benderang cahaya terang,  meski hanya sinar temaram.

Cinta datang padaku seperti bisikan,

lembut, membuai hinggaku tak menyadari dia sudah berdiam disana,

dalam garba meski separuh jiwa.

 

Aku masih dalam kebimbangan yang tanpa suara,

debaran tak berujung, yang tenang bila berangan tentangmu.

Rindu yang memburu, reda jika menemukan segalamu.

Air mata yang tak sampai, beku dipenghujung kelopak mataku.

Kebodohan berulang, tak berhalang detik dan musim.

Yang masih saja tentang segala beraroma nafasmu…

 

Diujung jalan sebuah siku duniamu dan aku terpenggal,

angan yang menguap, impian memudar serupa embun terkikis hangat mentari.

Dimana kusembunyikan ruang berongga di dalam dada,

ketika detak irama kita masih saja sibuk menarikku untuk berdansa.

Aku terluka pada empat dimensi garbaku,

puisi-puisi yang tak berjudul,…

larik aksara yang tak berima,…

esay dan paragraf yang menjadi fiksi beraroma biru dan namamu.

 

Lalu pelangi hadir selepas deras hujan memeluk bumi.

Membaitkan asa tentang bahagia dan doa-doa yang tanpa suara,

aku tidak lagi memelukmu dengan harapan seindah janji-janji sang pujangga,

kau tidak lagi mengimani aku seperti ladang-ladang pada musim penghujan.

Langkahmu teguh menuju timur, aku berlari ke arah barat.

Tak ada luka ketika penerimaan pada kalam takdir bertahta,

akhirnya hanya kenangan yang mengabadi dengan sendirinya,

tentang cinta pada hati yang tak bisa di tinggali.

By : Irma Senja

 

” Seorang sahabat minta dibuatkan puisi tentang hati yang tak bersatu, katanya saat ini dia sedang terluka merasakan itu ” tuliskan versi irma senja “. Nah loh..jadi yang kemarin aku buatkan gak nendang ?. Sahabatku bilang tuliskan apa yang pernah aku rasakan supaya catatannya lebih dapet soulnya…hadeuuuh, itu sih sama aja membuka luka lama mba -__-  ”

” Cinta apapun bentuknya selalu menghadirkan begitu banyak pelajaran-pelajaran kehidupan Mba, ada petikan cinta yang aku suka dari sebuah buku ”

” Cinta itu memang soal rasa, tapi ijinkan logika tetap bicara agar tak jadi buta ”

Romansa jendela hati

senjadan kenanganImage by Google

Bagaimana kuartikan tatapan matamu ,

kala langit berpayung jingga kemarin itu.

Ketika udara menguap mengaburkan segala realita,

membentuk shiluet sempurna bertemu kenangan.

Tatapan yang mengikat, menelanjangi belantara imaji,

Bertemu impian sesaat meski lalu lenyap.

Menguap begitu harap mendekat.

Meninggalkan rongga yang tak pernah bertuan sekian lama.

Dimana kau sembunyikan makna tatapanmu ?

Dimana kau dapatkan sejuta pendar yang menghadirkan kegelisahan.

Kau masih saja menatapku, masih dengan cara yang sempurna.

Tanpa tertebak entah bermakna apa.

Aku serupa patung dan candi,

Tak mengerti arti berbisik atau bernyanyi.

Harusnya kucegah kau melangkah pergi sebelum kutemukan jawab.

Tidak terpaku kelu menahan irama diafragma yang menyesakkan dada.

Akhh aku lupa betapa kita mungkin tlah begitu banyak menghabiskan begitu banyak stock cinta.

Dan ketika menemukanmu kemarin itu,

Mungkin tak ada yang tersisa.

Selain memuaskan panca indera,

Menawarkan kehausan rasa rindu.

Mungkin menaburkan harap, atau mematikan asa yang sesaat menyala.

Matamu adalah jendela yang sempurna,

Entah jika aku terlalu bermetaphora.

Debaran ini tiada, nyaris tak berirama.

Sayangnya tatapanmu masih saja membiusku,

Menarikku kembali menatap spion masa lalu.

Saat kau menjadi kekasihku, dulu….

By:  Irma Senja