Yang tercuri

diamImage from Google

Tidak ada yang berubah, udara masih menerbangkan pengharapan yang sama tentang kehidupan. Laju derap waktu secepat yang biasanya, berkejaran dengan arogansi manusia. Irama hari masih sama, mungkin menyesak di penghujung hari ketika bertemu senja yang sendu. Atau hujan yang bisu…

Namun esoknya matahari masih setia menjemput pagi,… bunga-bunga masih seindah biasanya.

Hanya tawaku yang hilang dicuri kehilangan.

 

Pagi, 8 Agustus 2016

Langit kelabu, hujan berjatuhan sejak pagi buta menyirami tanah basah dan pepohonan.

Aku memandangi dari balik jendela, daun-daun basah…embun membaur bersama hujan.

Lama sekali hujan tidak membasahi bumi, pagi ini seolah air hujan tumpah memberikan kesejukan.

Aku masih memandangi langit, pelan kubuka pintu dan membiarkan udara basah memasuki rumah.

Berharap kesejukan ini menyebar memenuhi paru-paruku,

mengikis kesombongan dan segala kefakiran juga kealfaanku.

Tuhan mungkin ingin memberiku jeda, bahwa setiap langit cerah tidak pernah abadi.

Akan ada hujan, atau badai yang sejatinya kita tetap dalam syukur dan sabar.

 

” Terima kasih Pemilik Semesta untuk 36 tahun nafas berhembus juga segala yang sudah diberikan. terlalu banyak, terlampau banyak nikmat. Dan begitu sedikit ketaatan dan penghambaanku PadaMU ”

Catatan pagi di 8 Agustus 2016, memandangi pagi… mensyukuri hari ini sebelum kembali menjalani sisa hidup selanjutnya.

 

Tidak Pernah Sebentar

Semoga hidupmu senantiasa mudah, semoga dilangit mana pun kamu memandang…pandanganmu tentang hidup dan kehidupan selalu sempurna. Laut yang kau arungi tenang, jalan yang kau tempuh tak terasa melelahkan. Cinta yang kau dekap, memberikan kebahagiaan.

* Tidak pernah sebentar….*