Dear Diary,…
Koridor RS pemerintah ini menjadi begitu kosong, hiruk pikuknya seolah lenyap dalam pandanganku. Sebulan sejak ibu berpulang aku menginjakkan kakiku kembali, disini. Begitu panjang hari-hari beraroma kesakitan jelang kepergiannya, kanker stadium lanjut membuat jiwa raga ibu dan hatiku tersakiti secara bersamaan. Menyakitkan melihat seseorang yang kukasihi berperang diarena peperangannya sendiri sedang aku hanya mampu berteriak ditepi mencoba menguatkan.
Hingga ketika akhirnya dia pergi, aku berbisik pada hatiku sendiri bahwa rasa sakitnya usai…kesakitan jiwamu juga usai. Mungkin aku naif, menjadi pendampingnya selama sakit dan membiarkanku larut begitu jauh pada semua hal yang menyertai perjuangannya. Aku jatuh cinta sepenuh rasaku pada perjuangan ibuku, berbelas kasih pada semua hal yang membuatnya tersenyum dipagi hari jelang operasi dan khemotheraphynya. Menaruh harapan pada suster-suster baik hati yang dengan telaten merawatnya. Dan jatuh cinta tanpa kompromi pada dokter yang entah mengapa serupa dengan pahlawan yang kutemukan pada cerita fiksi.
Visit nya setiap pagi tidak hanya menawarkan kesakitan dan kecemasan ibuku, tapi menghangatkan kelelahan hatiku. Kebaikan yang mungkin biasa, menjadi begitu bermakna ketika hari-hari ku minim harapan dan keyakinan. Cinta mengetuk hatiku diam-diam, tatapan dan senyumannya menjadi obat bagi kelelahanku.
Diary,…
Kini ketika ibu berpulang, aku bukan hanya kehilangan sosok pengasih dan muara segala cinta tapi juga kehilangan cintaku yang lain. Aku kehilangan debar tak biasa yang secara alami hadir begitu saja ketika dia datang disetiap hari-hari panjang kami di RS. Dokter onkologi ibuku terlalu baik untuk standar kebaikan seorang dokter yang memiliki pasien segudang dan kesibukan menggunung. Atau mungkin kebaikan itu hanya rasa iba, bisa saja meski pilihan kelasku tidak seharusnya membuatnya menaruh belas kasihan. RS menjadi tidak menyusahkan karena dia selalu memudahkan segalanya. Tidak ada yang kulakukan diary, hanya hatiku yang melakukan banyak hal. Seperti diam-diam merindukannya dan mengingatnya… menikmati setiap hal kecil yang dia lakukan. Membiarkan mataku bicara dan menyimpan tatapannya dalam lemari terkunci hatiku. Aku sering bertanya, mungkinkah perasaanku yang berkembang tanpa kusadari telah menyentuh hatinya ? menyatukan gelombang energi kami, akhh alangkah memalukan. Bukankah cukup kurang ajar aku diam-diam mengaguminya secara berlebihan. Bukankah menggelikan ketika mata kami bertemu, aku seolah terlempar pada ruang kedap udara dan sulit bernafas.
Diaryku,…
Mungkinkah perjalanan panjang kanker yang menyertai ibuku, telah menumbuhkan sesuatu yang lain. Ketika sel-sel ganas itu memutus harapan hidup seseorang, sesuatu yang lain tumbuh begitu subur menjalar disetiap sel dan aliran darah menuju hatiku. Membuatnya kemarau meski hujan deras dipelataran. Membuatnya sunyi meski keriangan riuh menyergap.
Koridor ini terasa sunyi, teramat sangat… aku membiarkan ingatan berjalan mundur pada sekian tahun ketika kanker menyentuh hidup kami. Pada pertemuan-pertemuan kecil, pada sapaan dan senyuman biasa seorang dokter pada pasien dan kerabatnya. Aku menekan dadaku, mencoba meredakan debar yang riuh sejak kumasuki parkiran RS ini. Ini cinta,… iya, aku tahu ini cinta. Mungkinkah cinta yang tanpa kuundang kini mengendap dalam salah satu organku sebahaya kanker. Hingga aku membutuhkan seorang onkologi untuk mengatasinya.
Handphoneku berbunyi, sebuah pesan kubuka…
” Mba Kirana,…sudah sampai RS ? langsung keruanganku saja ya ”
Terkirim dari sebuah nama, dr onkologi Ryan.
Putri
/ September 25, 2014cerita ya menarik, salam perkenalan ya bu. jika ada waktu mampir ketempat saya ya
irmasenja
/ September 29, 2014Terima kasih π
Read More
/ September 29, 2014Everyone loves it whenever people get together and share views.
Great blog, continue the good work!
Dinarayu Astarinny
/ October 31, 2014lanjutannya mbak????
Riri
/ November 13, 2014berkunjung kemari, keren banget ceritanya, salam kenal ya bu
profijo
/ November 25, 2014Mengalir…..
Della Nanda Luthfiana
/ March 2, 2020Hi, kak salam kenal. Semoga sehat selalu ya π
Kak, apakah boleh saya minta alamat email atau instagram nya? Saya ingin personal message, mau tanya2 tentang perjuangan kakak untuk kemoterapi dan setelahnya. Terima kasih π»
irmasenja
/ March 5, 2020Hai mbar, Silahkan ke irmasenja@gmail.com atau instagram di @irmasenja π
irmasenja
/ June 10, 2020silahkan ke irmasenja@gmail.com ya π
irmasenja
/ September 27, 2020haiii… wah saya sepertinya late respont, silahkan ke irmasenja@gmail.com